

Pahlawan Senyap DLH KLU, Amankan Sampah Car Free Day Kota Tanjung.
Lombok Utara (Getinsidetv.com) – Sementara warga Kota Tanjung menikmati akhir pekan di arena Car Free Day (CFD), ada 46 personil pahlawan senyap dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Lombok Utara yang berjibaku memastikan kebersihan Kota Tanjung Kabupaten Lombok Utara tetap terjaga. Mereka hanya butuh satu jam, bahkan tak jarang 30 menit, untuk menuntaskan tumpukan sampah yang tercecer di sepanjang ruas Jalan Raya Kota Tanjung, dari Kali Sokong Desa Tanjung hingga Tanak Song, Desa Jenggala.
Wiratmo, S.Pd., M.M., Kepala UPT Persampahan, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) KLU, saat ditemui dalam kegiatan Care Friday (CFD) Minggu (28/9/2025), menjelaskan, mekanisme operasi cepat ini. “Setiap bulan kami mengerahkan empat tim, dan di terjunkan satu tim setiap minggunya. Satu tim terdiri dari satu koordinator dan 12 anggota. Total, ada 46 personil yang memegang Surat Perintah Tugas (SPT) khusus untuk area CFD,” ujar Wiratmo.
Meskipun CFD diperkirakan menarik lebih dari 1.000 hingga 2.000 pengunjung setiap minggu, volume sampah yang dihasilkan terbilang relatif terkendali. Wiratmo mengestimasi sampah yang terkumpul tidak sampai satu ton per acara.
“Kami melihat kesadaran masyarakat yang semakin baik. Mereka mulai memilah dan membuang sampah sendiri,” jelasnya. Untuk menampung sisa aktivitas kuliner dan keramaian, DLH menyediakan 20 hingga 30 karung sampah yang diletakkan di sepanjang sisi taman jalan .

Namun, jenis sampah yang paling mendominasi adalah plastik kemasan—impresi tak terhindarkan dari tingginya jumlah pedagang kuliner yang menggunakan kantong plastic dan bungkus sekali pakai.
Meskipun ada tantangan, respons pedagang terhadap ketersediaan kantong sampah menunjukkan tren positif. “Di awal CFD, kesadaran mungkin masih kurang. Tetapi seiring berjalannya waktu, pedagang dan masyarakat mulai sadar dan membuang sampah langsung ke kantong yang kami sediakan,” imbuh Wiratmo.
Dalam operasi pembersihan, tim DLH tidak hanya fokus pada karung yang penuh. Satu unit truk armada telah disiagakan untuk pengangkutan, namun 12 anggota tim tetap bergerak memungut sampah yang tercecer. “Sampah plastik sangat mudah diterbangkan angin. Ini yang kami kejar dalam 30 menit sisa waktu, agar tidak merusak keindahan Kota Tanjung,” tegasnya.

Tantangan persampahan Lombok Utara nyatanya jauh lebih besar dari sekadar area CFD. Wiratmo mengungkap data makro yang mengejutkan: setiap hari, KLU menghasilkan sekitar 40 ton sampah yang bermuara di TPA Jugil.
Sumber sampah didominasi oleh pasar, pendidikan, pariwisata, dan rumah tangga. Namun, Wiratmo menunjuk satu sektor sebagai penghasil sampah paling dominan: perhotelan, terutama dari Dua Gili (Meno dan Air).
“Sampah dari Gili Meno dan Gili Air harus diangkut ke darat, menambah volume harian secara signifikan,” katanya.
Tercatat, dari dua gili ini saja, DLH mengangkut 6 hingga 12 ton sampah per hari.
DLH KLU kini berjuang keras dengan keterbatasan infrastruktur. Mereka mengandalkan 9 unit dump truck dan 8 unit arm roll untuk melayani seluruh kabupaten. Dengan 212 personil yang tersebar dari ,TPA Jugil, Bayan, hingga petugas khusus di Gili Trawangan, Meno, dan Air, DLH KLU menjalankan misi ekologis ini dengan personel yang minim.
Di tengah lonjakan volume, ada secercah harapan. Wiratmo menyebut Gili Meno mulai aktif melakukan pemilahan sampah bersama Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Giat. “Efeknya luar biasa. Pengambilan sampah yang biasanya dua kali seminggu, kini bisa menjadi satu kali saja,” ujarnya.
Sementara Gili Air masih fokus pada pemilahan botol kaca dan plastik, inisiatif ini menunjukkan bahwa solusi ada di hulu. Di akhir penjelasannya, Wiratmo menitipkan pesan kunci kepada masyarakat, yang menjadi harapan besar bagi pemerintah:
“Penanganan sampah bisa jauh lebih efisien jika ada dukungan masyarakat dalam memilah. Sampah organik maupun non-organik bisa dimanfaatkan, bahkan bisa menjadi uang,” tutupnya. Ia menekankan perlunya edukasi dan pemahaman dari pemerintah agar masyarakat Lombok Utara tidak lagi melihat sampah sebagai masalah, melainkan sebagai sumber daya terbarukan yang siap diolah. (r15)
Share this content:
Post Comment