Peran Krusial Literasi Media dan Perbukuan dalam Mengawal Demokrasi

Mataram, GET Inside tv.com – Pentingnya literasi media dan perbukuan dalam menjaga pilar demokrasi menjadi sorotan utama dalam Podcast Bintang edisi ke-12 yang diselenggarakan oleh Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik (Diskominfotik) Nusa Tenggara Barat (NTB). Diskusi interaktif bertajuk “Literasi Media dan Perbukuan dalam Pusaran Demokrasi” ini berlangsung di Ruang Podcast Bintang Kantor Diskominfotik NTB pada Jumat, 18 Juli 2025.

Acara ini menghadirkan dua narasumber kunci: Nurdin Ranggabarani, seorang pegiat literasi perbukuan sekaligus politisi, dan Yusuf Tantowi, pegiat literasi media. Keduanya membagikan pandangan mendalam mengenai bagaimana penguatan literasi dapat membentengi masyarakat dari disinformasi dan memperkaya diskursus politik.

WhatsApp-Image-2025-07-19-at-10.30.59-1 %post

Politisi dan Budaya Pustaka

Nurdin Ranggabarani menekankan pentingnya politisi, baik yang duduk di parlemen maupun aktivis politik, untuk akrab dengan literatur dan memiliki kebiasaan menulis pemikiran kritis terhadap peristiwa sosial-politik. Menurutnya, perpustakaan besar di DPR RI memiliki peran vital dalam memperkuat landasan teoretis serta referensi untuk pembuatan regulasi.

“Parlemen agar akrab dengan buku. Mereka juga harus menuliskan pikiran-pikiran kritis terhadap peristiwa. Jangan sampai mereka abai terhadap wacana yang berkembang, melalui literasi demokrasi,” ungkap Nurdin, yang juga mantan wartawan Majalah Sinar.

Ia menambahkan, transformasi perpustakaan modern ke buku digital telah mempermudah akses masyarakat, termasuk politisi, terhadap bahan bacaan kapan saja dan dari mana saja. “Perpustakaan maju dunia, sudah bertransformasi ke media digital sehingga sekarang banyak buku digital. Untuk membacanya, kita perlu akses yang berkaitan dengan perpustakaan. Adanya gawai itu, lebih mempermudah kita mengakses dan membacanya,” ujar penulis tujuh buku ini.

Nurdin juga berbagi pengalamannya mengunjungi berbagai perpustakaan tematik di beberapa negara. Ia menilai model perpustakaan semacam ini sangat bermanfaat karena memudahkan pembaca mencari literatur inti. Ia mencontohkan, adanya perpustakaan khusus mengenai Gunung Rinjani atau Gunung Tambora, yang mencakup panduan pendakian hingga sejarah lokal, akan sangat membantu.

“Saya dan kawan-kawan sedang mengembangkan ini di Sumbawa. Jadi nanti, anak cucu kita bisa melihat dan mengenal sejarah kita tentang peran tokoh-tokoh NTB yang hebatnya luar biasa,” imbuhnya, seraya menyoroti peran besar tokoh-tokoh NTB yang belum banyak tercatat sejarah.

Literasi Media dan Ketahanan Informasi

Sementara itu, Yusuf Tantowi menggaris bawahi urgensi memperkuat kemampuan mendengar, berpikir kritis, dan ketahanan dalam mengidentifikasi arus informasi hoaks. “Kita wajib memiliki mindset kritis, agar tidak mudah terbuai oleh informasi yang mengandung hoaks,” tegasnya.

Era digital, lanjut Yusuf, menuntut perubahan cara wartawan dan khalayak menyampaikan informasi. Kini, penyampaian informasi tidak hanya melalui tulisan, tetapi juga narasi visual yang kuat di platform media sosial. “Kalau dulu, mungkin wartawan hanya menulis saja tak tampak fotonya dan suaranya. Kini, selain menulis berita, redaktur media perlu menyampaikan tajuk atau pendapat medianya melalui gambar dan suara. Saat ini, media mengalami konvergensi yang memungkinkan bukan hanya tulisan tetapi memanfaatkan media sosial platform digital,” urai penulis buku dan aktivis Lapeksdam NU ini.

WhatsApp-Image-2025-07-19-at-10.31.00-1-1 %post

Ruang Refleksi Strategis

Podcast Bintang edisi ke-12 ini menjadi ruang refleksi strategis mengenai pentingnya literasi perbukuan untuk mengabarkan informasi atau peristiwa ketokohan yang mungkin belum terpublikasi. Di sisi lain, peningkatan pemahaman masyarakat terhadap literasi media diharapkan dapat membantu mengidentifikasi dan membedakan informasi hoaks dari fakta.

“Diharapkan, kemampuan menulis dan membaca serta membangun budaya sarana pustaka sesuai perkembangan zaman dibutuhkan. Kesinambungan antara masifnya literasi perbukuan dan pemahaman terhadap literasi media bertautan serta berdampak pada sehat segarnya demokrasi kita,” pungkas Diskominfotik NTB. (sumber : pnd/opk/kominfotikntb) – (Get-Aris)

Share this content:

Post Comment

You cannot copy content of this page