

Tujuh Belas Tahun Lombok Utara: Tahun Otonomi,Antara Asa dan Realita Pembangunan
Lombok Utara, GET Inside tv.com – Tujuh belas tahun sudah Kabupaten Lombok Utara berdiri sebagai daerah otonom. Sebuah usia yang tak lagi belia, melainkan fase remaja menuju dewasa, penuh energi kinetik dan rasa penasaran yang membuncah. Namun, di balik perayaan hari jadi ini, tersimpan pekerjaan rumah besar yang belum tuntas: merangkai kembali tenun pembangunan yang terfragmentasi, terutama pasca-gempa tujuh tahun silam. Optimisme untuk melompat maju dan memupus ketertinggalan masih menjadi asa, namun realitas di lapangan menunjukkan tantangan yang tak kalah besar, mulai dari pariwisata, kesehatan, pendidikan, hingga lapangan pekerjaan. Akankah semangat ‘Tioq Tata Tunaq’ mampu merajut kemajuan yang patgulipat menyejarah, ataukah bias infrastruktur akan terus membayangi?
Tantangan Pembangunan: PR yang Belum Tuntas
Usia tahun bagi Lombok Utara bukan hanya tentang perayaan, melainkan juga refleksi atas berbagai pekerjaan rumah yang masih menanti solusi. Sektor pariwisata, yang seharusnya menjadi tulang punggung ekonomi daerah, masih menghadapi berbagai kendala. Demikian pula dengan isu kesehatan, pendidikan, perumahan, dan ketersediaan lapangan pekerjaan yang masih menjadi persoalan krusial bagi masyarakat. Permasalahan-permasalahan ini, seolah betah bersiluet, terus mengitari Lombok Utara, daerah kebanggaan seluruh warganya. Asa untuk melompat bersama dan menyejajarkan diri dengan daerah lain di Gumi Gora, yang sempat membuncah pasca-pemekaran dari Lombok Barat, kini perlu diusung kembali dengan gerakan kolektif. Komitmen kuat, ikhtiar, dan doa menjadi modal utama untuk membangun aspek-aspek kehidupan berdaerah demi masa depan yang lebih baik dan berkah.

Spirit ‘Mempolong Merenten’ dan Akselerasi Pembangunan
Di tengah berbagai tantangan, spirit ‘mempolong merenten’ ‒ semangat gotong royong dalam kebersamaan ‒ menjadi warisan luhur masyarakat Gumi Tioq Tata Tunaq yang relevan untuk dikedepankan. Semangat ini krusial untuk menggesa pembangunan daerah di berbagai bidang, serta secara kolektif memperjuangkan hamparan cita-cita masa depan yang terbentang luas. Kilas balik sejarah pembentukan Lombok Utara, dari timur hingga barat, utara hingga selatan, dari Pandanan sampai ke Bayan, bukanlah sekadar batas geografis. Ia adalah cerminan kesatuan masyarakat dan kedaerahan yang bulat kuat, satu kesatuan tekad dan kehendak yang dinamis-dialektik, bersenyawa menjadi jiwa-jiwa yang otonom. Oleh karena itu, seluruh warga Lombok Utara harus berdiri tegak, menderapkan kaki di Gumi Tioq Tata Tunaq, seraya terus melangkah ke depan, mengingat esensi luhur berotonomi.
Infrastruktur dan Bias Pembangunan: Sebuah Dilema
Pembangunan infrastruktur yang melaju pesat adalah keniscayaan. Ia menjadi sarana vital untuk memajukan aspek-aspek kehidupan bermasyarakat. Namun, di sisi lain, kemampuan penyediaan sumber daya manusia (SDM) yang memadai dan terukur menjadi prasyarat utama dalam mewujudkan akselerasi pembangunan yang berkelanjutan. Pemanfaatan kecanggihan teknologi untuk mencetak SDM profesional yang mampu berkontribusi pada peningkatan produktivitas kinerja menjadi kunci untuk mengerek kualitas kehidupan masyarakat. Namun, belajar dari pengalaman daerah lain, kemajuan teknologi tidak jarang memunculkan ‘bias infrastruktur’. Ini adalah kondisi di mana kemajuan yang ditopang oleh ketersediaan teknologi dan infrastrukturnya tidak diikuti oleh kemajuan pembangunan sosiokultural yang dibutuhkan. Akibatnya, pemanfaatan teknologi menjadi kurang produktif, bahkan berpotensi disalahgunakan. Bias infrastruktur juga terjadi ketika kemajuan teknologi tidak beriringan dengan kemajuan kompetensi SDM dan kemampuan pengembangan teknologi. Situasi ini perlu ditekan melalui peningkatan kompetensi SDM daerah. Pemerintah Kabupaten Lombok Utara perlu menguatkan sinergi dengan pemerintah provinsi, pemerintah pusat, dan pihak swasta untuk meningkatkan kompetensi masyarakat. Rendahnya jumlah SDM yang memiliki kombinasi seimbang antara pengetahuan dan keterampilan praktis memberikan ruang bagi bias infrastruktur untuk terus tumbuh dan meluas. Pertumbuhan bias ini mengakibatkan kerugian riil dan non-riil dari penyalahgunaan teknologi. Untuk menekan bias pembangunan infrastruktur, masyarakat seyogianya meningkatkan kompetensi dan kedewasaan personal dalam menghadapi perkembangan teknologi yang semakin melaju pesat. Pemerintah Kabupaten Lombok Utara, mau tidak mau, harus mengambil terobosan relevan, sembari berjibaku pada pembinaan masyarakat melalui pelatihan dan sertifikasi angkatan kerja, peningkatan keterampilan tenaga kerja di bidang teknologi, serta penciptaan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sebagai langkah awal merancang perekonomian daerah yang stabil. Peningkatan literasi teknologi berbasis komunitas juga menjadi krusial, baik untuk saat ini maupun masa depan. Sejurus dengan itu, pemerintah daerah perlu merangkul pemangku kepentingan yang bergelut dalam pengembangan dan pengelolaan teknologi.
Menuju Lombok Utara Maju
Menuju Lombok Utara Maju Semoga, peringatan tahun Lombok Utara pada ini menjadi momentum kolektif untuk merangkai tenun-tenun pembangunan dengan menata kelola berbagai aspek pembangunan. Di samping itu, terus meningkatkan kompetensi dan menjalankan prinsip-prinsip baik dalam memanfaatkan teknologi praksis-terapan untuk kehidupan. Dengan semangat ‘Lombok Utara Bersatu, Lombok Utara Maju’, asa kemajuan yang patgulipat menyejarah dapat terwujud.
(*Oleh Sarjono, S.I.Kom, M.Sos)
*Penulis adalah Warga Lombok Utara dan Eksponen 2008.
Share this content:
Post Comment