Besi Penyangga Papan Malimbu Viral, Dispar KLU Akui Ada Kekeliruan Teknis dan Lokasi Pemasangan Segera Dipindahkan ke Titik yang Lebih Estetik
Lombok Utara (Getinsidetv.com) Kawasan wisata ikonik Malimbu di Lombok Utara mendadak menjadi sorotan di media sosial. Pemicunya adalah pemasangan besi penyangga untuk papan identitas destinasi wisata di Desa Malaka, Kecamatan Pemenang, yang dinilai mengganggu keindahan panorama alam. Reaksi cepat dari warganet menunjukkan kepekaan publik terhadap estetika ruang publik, terutama di lokasi wisata.
Sebuah video berdurasi 25 detik yang dibagikan oleh akun Bani Ismail menjadi viral, memperlihatkan besi-besi penyangga menjorok ke area pandang wisatawan. Perekam video melontarkan kritik keras, mempertanyakan fungsi besi tersebut yang dinilai menghilangkan unsur estetika. “Orang dari Jakarta, dari luar daerah, bukan mau lihat besi, Pak,” ujar perekam, menegaskan daya tarik Malimbu adalah panorama, bukan struktur baja.
Menanggapi ramainya sorotan publik, Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Lombok Utara, Dende Dewi Tresna Budi Astuti, segera memberikan klarifikasi. Ia menjelaskan bahwa struktur besi tersebut merupakan bagian tak terpisahkan dari papan identitas destinasi wisata yang tengah dipasang Pemda sebagai upaya penguatan branding pariwisata daerah.
Dende Dewi Tresna Budi Astuti mengungkapkan bahwa proyek papan identitas ini bersumber dari APBD murni 2025 senilai Rp50 juta. Tujuan utama pemasangan papan identitas di Malimbu adalah agar wisatawan dapat berswafoto ( selfie ) di papan identitas tersebut, sehingga momen liburan mereka sekaligus menjadi sarana promosi.
Menurut Kepala Dispar, keberadaan papan identitas itu penting untuk memberikan informasi sekaligus memudahkan wisatawan, terutama dari luar daerah, untuk mengenali nama lokasi yang mereka kunjungi. Papan nama yang dilengkapi desain khas diharapkan dapat menjadi titik swafoto dan penanda visual yang kuat bagi Malimbu di media sosial.
Terkait lokasi pemasangan awal yang berada di trotoar dan dinilai mengganggu pemandangan, Dende secara jujur mengakui adanya kekeliruan teknis dari pihak rekanan pelaksana proyek. Pengakuan cepat atas kesalahan ini menunjukkan sikap responsif Pemkab KLU terhadap kritik publik.
Dende memastikan bahwa lokasi pemasangan telah segera dievaluasi dan diperbaiki. “Kami sudah menelepon rekanan dan papan identitas itu sudah dipindahkan,” ujarnya, memastikan bahwa tindakan korektif telah dilakukan segera setelah isu ini mencuat ke publik.
Saat ini, Pemkab KLU melalui Dispar sedang berkomunikasi secara intensif dengan Balai Jalan Nasional untuk pemilihan lokasi pemasangan papan nama yang paling pas dan tidak melanggar ketentuan jalan nasional. Pemilihan lokasi baru harus mempertimbangkan faktor keamanan, kenyamanan, dan estetika.
Dende menegaskan prinsip utama yang harus dipegang teguh dalam penataan kawasan wisata. Pemasangan papan identitas tidak boleh mengurangi pengalaman wisatawan menikmati keindahan alam Lombok Utara. Sebaliknya, papan tersebut harus menjadi sarana informasi dan promosi yang melengkapi daya tarik alam yang sudah dimiliki Malimbu.
Pihak Dispar melihat papan identitas ini sebagai alat promosi yang sangat efektif di era digital. “Para wisatawan yang berselfie di papan nama tersebut nantinya pasti akan membagikan momen liburan mereka di media sosial,” kata Dende. Secara tidak langsung, setiap foto yang diunggah akan menjadi promosi gratis yang masif bagi Malimbu.
Dukungan atas pemasangan papan nama juga datang dari pelaku usaha di sekitar lokasi. Salah seorang pedagang di kawasan Malimbu, Zaenudin, menilai bahwa papan identitas ini akan menambah daya tarik spot foto ketika pengerjaannya selesai dan tuntas.
Zaenudin optimistis bahwa papan identitas akan memberikan dampak ekonomi positif. “Kami sebagai pedagang mendukung pemasangan papan nama ini, biar pengunjung makin ramai,” ujarnya. Ia menyimpulkan bahwa polemik muncul karena papan tersebut belum selesai, namun ia yakin hasil akhirnya nanti akan bagus.
Polemik singkat soal besi penyangga di Malimbu ini menjadi catatan penting mengenai penataan elemen penunjang di destinasi wisata. Kepekaan terhadap estetika lanskap dan kenyamanan pengunjung harus menjadi pertimbangan utama dalam setiap intervensi pembangunan, terutama di kawasan wisata alam yang mengandalkan keindahan visual.
Di satu sisi, kebutuhan promosi dan penanda lokasi kian penting di era media sosial. Di sisi lain, visual clutter atau elemen yang mengganggu pandangan harus dihindari. Kasus Malimbu mengajarkan perlunya keseimbangan antara kebutuhan branding dan menjaga kesucian viewpoint alam.
Klarifikasi cepat Dispar KLU dan tindakan korektif pemindahan lokasi menunjukkan responsifnya Pemda terhadap kritik publik. Dengan komitmen untuk good design dan koordinasi yang baik dengan Balai Jalan Nasional, papan identitas Malimbu diharapkan dapat berfungsi optimal sebagai sarana promosi tanpa mengurangi pengalaman unik menikmati keindahan Samudra Hindia.(r15)
Share this content:




Post Comment