

Pemda KLU Gelar Penyuluhan Stunting
LOMBOK UTARA (Getinsidetv.com) – Alarm darurat kesehatan berbunyi nyaring di Lombok Utara (KLU). Bukan hanya karena angka stunting yang masih tinggi, namun juga karena fenomena “pernikahan usia anak” yang kini menjerat NTB sebagai provinsi dengan persentase tertinggi se-Indonesia. Kondisi ini membuat Pemda KLU putar otak, memilih jalur unik untuk mengedukasi masyarakat: menggabungkan sosialisasi bahaya stunting dengan pertunjukan Komedi Rudat di Pondok Pesantren Darul Iman, Bentek, Pemenang.
Persoalan ini bukan isapan jempol. Data terbaru BKKBN mencatat, NTB berada di puncak klasemen pernikahan usia anak secara nasional, menyentuh angka 14 persen. Persentase yang masif ini otomatis menjadi pemicu utama lahirnya generasi yang kurang gizi dan stunting di masa depan. Situasi ini yang coba direspons cepat Pemda melalui acara bertajuk Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (GENTING), Kamis (25/9).
Wakil Bupati KLU, Kus, yang juga menjabat Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), mengakui bahwa tantangan ini membutuhkan komitmen total. Ia menegaskan bahwa kunci keberhasilan adalah kolaborasi seluruh pihak, dari pemerintah hingga masyarakat di lapisan paling bawah. “Saya ucapkan terima kasih atas kehadirannya, ini sebagai komitmen bersama menuntaskan Stunting di Lombok Utara,” tandas Wabup Kus, menyuntikkan semangat “perang” melawan stunting di hadapan para santri.
Sorotan tajam tertuju pada masalah pernikahan dini. Perwakilan BKKBN Provinsi NTB, Lalu Agustan Kusumaredi, secara lugas membeberkan fakta bahwa salah satu penyebab utama stunting adalah perkawinan di usia yang belum matang. Ia menggarisbawahi standar ideal: meskipun UU mengizinkan usia 19 tahun, secara kesehatan dan mental, perempuan ideal menikah di usia 21 tahun dan laki-laki di usia 25 tahun.
Lalu Agustan tidak berhenti di situ. Ia merinci dampak domino negatif dari pernikahan dini yang mengancam target “Generasi Emas 2045”. Menurutnya, perkawinan di usia anak secara langsung memutus cita-cita pendidikan dan secara spiral akan menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang tidak berkualitas. “Kualitas SDM yang dihasilkan berpeluang besar tidak berkualitas serta akan menyebabkan stunting,” tegasnya, memberikan warning keras.
Meski dihadapkan pada angka yang mengkhawatirkan, Lalu Agustan tetap menyuarakan optimisme. Ia meyakini, dengan melihat antusiasme dan keseriusan Pemda dan masyarakat, angka stunting di KLU akan turun secara signifikan. “Angka Stunting di KLU masih tinggi namun saya yakin dan percaya dengan melihat semangat kita bersama angka ini akan turun signifikan,” katanya, berharap acara edukatif ini membuahkan hasil cepat.
Kepala Dinas P2KBPMD KLU, Atmaja Gumbara, menjelaskan inovasi di balik acara tersebut. Kegiatan ini adalah bagian dari kolaborasi dinasnya dengan kesenian Rudat, yang dipilih sebagai media sosialisasi yang mudah dicerna masyarakat lokal. Pesan pencegahan pernikahan dini dan stunting disajikan melalui komedi tradisional, menjadikannya tontonan sekaligus tuntunan yang menarik.
Atmaja merinci bahwa kegiatan ini merupakan bagian integral dari program pemerintah pusat melalui BKKBN RI yang sudah menjangkau lima kecamatan di KLU. Selain GENTING (Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting), Pemda KLU juga gencar menyuarakan GATI (Gerakan Ayah Teladan Indonesia), yang bertujuan spesifik untuk meningkatkan peran ayah dalam pengasuhan anak dan pendampingan remaja agar terhindar dari perilaku berisiko.
Pemilihan lokasi di Ponpes Darul Iman bukan tanpa alasan strategis. Ketua Yayasan, Ahmad Muallim Umam Lc, menyebut ponpesnya menaungi 1.373 santri dan santriwati dari berbagai daerah. Dengan sasaran audiens remaja yang rentan terhadap isu pernikahan dini, edukasi melalui kesenian Rudat diharapkan bisa terserap efektif dan dibawa pulang sebagai bekal ilmu. “Saya menyampaikan terima kasih karena Pemda telah memilih Ponpes ini sebagai tempat lokasi sosialisasi pencegahan stunting,” ujarnya.
Acara yang juga dihadiri Camat Pemenang dan undangan lainnya tersebut ditutup dengan sukses. Selain edukasi intensif, Pemda juga memberikan doorprize kepada para santri dan santriwati yang aktif berinteraksi dengan Wabup Kus, memberikan kesan bahwa memerangi stunting juga bisa dilakukan dengan cara yang gembira dan memotivasi. Langkah ini menjadi bukti konkret Pemda KLU dalam mempersiapkan generasi emas yang sehat dan berkualitas, jauh dari ancaman stunting dan pernikahan usia anak.(r15)
Share this content:
Post Comment