Tiga Sungai Meluap, Mataram Lumpuh Diterjang Banjir, NTB Tetapkan Status Darurat

Mataram, Get Inside tv.com – Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, dilanda banjir besar yang disebut sebagai yang terparah dalam beberapa tahun terakhir pada Minggu (6/7/2025). Peristiwa ini menyebabkan satu warga meninggal dunia dan setidaknya 30.681 jiwa atau 7.676 Kepala Keluarga (KK) terdampak. Pemerintah Provinsi NTB telah resmi menetapkan status darurat bencana selama 10 hari pasca-rapat Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) pada Senin (7/7/2025) malam.

Banjir ini terjadi akibat meluapnya tiga sungai utama yang melintasi Kota Mataram: Sungai Unus, Sungai Ancar, dan Sungai Brenyok. Ketiga sungai tersebut tak mampu menampung volume air hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur Mataram selama kurang lebih enam jam pada Minggu sore. Akibatnya, air meluap hingga merendam enam kecamatan dengan ketinggian bervariasi, bahkan mencapai 2,5 hingga 3 meter di beberapa titik parah seperti perumahan BTN Riverside Selagalas, Kekalik, Kebon Duren, dan Abian Tubuh.

Wali Kota Mataram, Dr. H. Mohan Roliskana, menyatakan bahwa banjir kali ini merupakan yang “terbesar dan tertinggi” yang pernah merendam kota tersebut. “Banjir yang menerjang Kota Mataram kali ini merupakan yang terbesar dan tertinggi sebab tiga sungai yang ada di Kota ini meluap semua,” ujarnya pada Minggu (6/7/2025).

Korban Jiwa dan Kerugian Materil

Satu korban meninggal dunia diidentifikasi sebagai seorang wanita paruh baya bernama Tuti Suriani (48) warga Kelurahan Pejarakan Karya, Kecamatan Ampenan. Ia meninggal akibat tersengat listrik dari lampu penerangan jalan yang terendam banjir saat hendak membeli tas. Selain itu, setidaknya 15 warga dilaporkan mengalami luka-luka.

Dampak kerugian materil akibat banjir ini ditaksir mencapai Rp55 miliar. Data sementara menunjukkan, sembilan unit rumah rusak berat, enam fasilitas pendidikan terendam, dan satu tembok sekolah roboh. Bahkan, sekitar 50 unit kendaraan mobil dan puluhan sepeda motor hanyut atau terendam. Kerugian tersebut belum termasuk fasilitas peribadatan yang masih dalam proses pendataan.

Penyebab dan Penanganan

Kepala Pelaksana BPBD NTB, Ahmadi, menjelaskan bahwa banjir tidak hanya disebabkan curah hujan tinggi, tetapi juga faktor lain seperti tidak adanya bantaran sungai, penumpukan sampah, dan sedimentasi yang memperkecil dimensi sungai. Gubernur NTB juga menyoroti masalah jembatan yang terlalu pendek di beberapa aliran sungai, yang perlu ditinggikan.

Saat ini, tim gabungan dari BPBD, TNI/Polri, relawan, dan aparat terkait masih berjibaku di lapangan untuk membantu warga terdampak dan meminimalisir dampak lanjutan. Bantuan logistik berupa makanan siap saji dan selimut menjadi kebutuhan mendesak. Kementerian Sosial juga telah mengirimkan bantuan dan membuka dapur umum untuk para pengungsi.

Pemerintah Kota Mataram dan Pemerintah Provinsi NTB tengah fokus pada fase tanggap darurat dan penanganan pascabanjir. Pemkot Mataram bahkan memberikan dispensasi khusus bagi ASN yang terdampak banjir. Komisi III DPRD NTB juga mendesak Pemkot Mataram untuk memprioritaskan normalisasi drainase dan penguatan tebing sungai secara menyeluruh dari hulu hingga hilir, serta menekankan pentingnya partisipasi masyarakat dalam menjaga kebersihan saluran air.

Dengan penetapan status darurat bencana, diharapkan proses pemulihan pascabencana dapat dipercepat, sekaligus menjadi momentum untuk mengevaluasi dan memperbaiki sistem tata kelola air guna mencegah kejadian serupa di masa mendatang.(get)

Share this content:

Post Comment

You cannot copy content of this page